Kamis, 16 Mei 2013

Teknologi Pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Selama sedikitnya empat puluh tahun bidang studi teknologi pembelajaran secara priodik mengalami proses pengkajian kolektif oleh para ahli dan praktisi teknologi pembelajaran yang pada akhirnya menghasilkan diskripsi bidang secara profesional. Definisi itu diperbaharui beberapa kali dan setiap perubahan memberikan arah baru. Sejak dirumuskan definisi formal yang terakhir ( tahun 1977 ), terjadilah perubahan dramatis dalam profesi teknologi pembelajaran. Akibat muncul pengkajian ulang, hasil analisis kolektif itu ialah definisi tahun 1994 yang dinyatakan pada awal bab ini.
B.       Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas dapat diambil suatu rumusan permasalahan :
  1. Apa saja perubahan yang terjadi dalam teknologi pembelajaran ?
  2. Apa yang dimaksusd teknologi pembelajaran dan hakikat definisi ?
C.      Tujuan
  1. Untuk mengetahui perubahan – perubahan yang terjadi dalam teknologi pembelajaran
  2. Untuk mengetahui definisi teknologi pembelajaran dan hakikat definisi






BAB II
PEMBAHASAN

A.  Definisi Teknologi Pembelajaran ( AECT 1994 )
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek tentang perancangan, pengembangan, penggunaan, pengelolaan dan pengevaluasian dari suatu proses dan sumber – sumber untuk belajar.
B.  Hakekat Definisi
Israel Scheffler ( 1960 ) membedakan dua jenis definisi yaitu definisi umum dan definisi ilmiah. Menurut Scheffler, definisi itu terpadu dalam konteks penelitian, definisi umum dapat dipahami baik oleh masyarakat umum maupun kalangan profesional. Definisi umum itu menjelakan bagaimana sebuah isilah harus dipahami dalam konteks pemakaiannya. Scheffler menggolongkan tiga jenis definisi umum, yaitu definisi stipulatif, definisi deskriptif dan definisi programatik.
Sebuah bidang kajian dapat didefinisikan dalam beberapa cara dengan peran yang dimainkan oleh para praktisi, dengan ruang lingkup pengetahuan tertentu, atau dengan syarat – syarat pofesional dibidang itu ( Marriner – Tomey, 1989 ).
Sebelum sebuah definisi dikembangkan, parameter definisi itu perlu dijelaskan. Parameter adalah asumsi yang menjadi dasar untuk membuat keputusan. Untuk bisa diformalisasikan, keputusan haruslah memuat ruang lingkup, tujuan, titik pandang, sasaran dan karakteristi penting yang perlu diperhatikan.
Teknologi pembelajaran merupakan sebuah gerakan untuk menjadi bidng kajian atau bidang studi dan profesi. Difinisi bidang studi yang sudah di revisi itu harus memuat kawasan yang menjadi perhatian praktisi dan para pakar. Kawasan – kawasan itu merupakn domain dari bidang studi. Proses dan produk sangat penting dan perlu untuk direfleksikan dalam definisi. Hal – hal yang lain tidak dipahami atau dikenali secara jelas oleh professional teknologi pembelajaran harus disisihkan dari definisi.
C.  Teknologi Pembelajaran
Secara historis bidang studi ini yang disebut sebagai sebagai ’ Teknologi Pendidikan ’ dan ’ Teknologi Pembelajaran ’. mereka yang lebih suka menggunakan istilah teknologi pembelajaran ada dua alasan. Yang pertama ialah bahwa kata pembelajaran lebih sesuai untuk mendiskripsikan fungsi – fungsi teknologi. Kedua, mereka menyatakan bahwa istilah pembelajaran lebih tepat sebab tenologi pendidikan pada umumnya berimplikasikan pada lingkungan sekolah atau lingkungan pendidikan. Knirk dan Gustafon ( 1986 ) menyatakan bahwa pembelajaran pada dasarnya berhubungan engan masalah pembelajaran dan belajar sedangkan pendidikan mencakup semua aspek pendidikan. Mereka yang menyukai mengunakan istilah teknologi pendidikan menyatakan bahwa oleh karena pembelajaran dipandang oleh kebanyakan sebagai bagian pendidikan, maka pembelajaran itu dapat membantu mempertahakan fokus bidang studi itu ( Association for Educational Communications and Technology, 1977 ; saettler, 1990 ).
Dewasa ini istilah teknologi pendidikan dan teknologi pembelajaran digunakan untuk mengacu pada pengertan yang sama leh kebenyakan profesional. Istilah tekonologi pembelajaran dipandang lebih cocok oleh karena itu dipakai dalam definisi tahun 1994 dengan beberapa alasan, yaitu :
  • Lebih umum digunakan dewasa ini di amerika serikat
  • Mencakup situasi praktik beragam
  • Mendiskripsikan fungsi teknologi dalam pendidikan secara lebih tepat dan
  • Memungkinkan penekkanan baik pada pembelajaran maupun belajar
D.  Orientasi Definisi
Periode setelah tahun 1960-an merupakan periode kreatifitas teknologi yang luar biasa. Joel Mokyr, seorang ekonom dari Universitas Northwestern, menyatakan bahwa beragaman itu merupakan kunci untuk pengembangan kreatifitas teknologi dalam kebudayaan ( Mokyr,1990 ). Seorang sejarawan inggris yang bernama Arnold Toinbee, menyatakan bahwa apabila peradaban yang lebih dinamis dan kreatif bertemu dengan peradaban yang lebih statis atau kurang kreatif, maka peradaban yag dinmislah yang akan mendominasi.
E.  Hubungan Antara Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Dalam pandangan Saettler ( 1990 ) bahwa teknologi itu memfokuskan pada perbaikan keterampilan dan organisasi daripada peralatan dan mesin. Tekonologi modern dideskripsikan sebagai pengetahuan praktis, sistematis yang meningkatkan produktifitas. Demikian pula, Heinich, Molenda dan Rusell, ( 1993 ) mendifinisikan teknologi pembeljaran sebagai penerapan ilmu pengetahuan ilmiah tentang belajar manusia pada tugas – tugas praktis pengajaran dan belajketika membahas kehidupan sehari – hari pada abad ke-15 hingga ke-18, sejarawan perancis Ferdinan Broudel menyatakan bahwa pengertian tertentu, segala sesuatu dapat dinyatakan sebagai teknologi bukan saja upaya git manusia tetapi juga upayanya yang sabar untuk membuat tanda pada dunia eksternal.
Menurut Marcel Mauss, yng disebut teknologi adalah tindakan tradisional yang dibuat efektif. Dengan kata lain, teknologi mengimplikasikan tindakan seseorang atau generasi terhadap yang lain. Ada saat dimana teknologi memungkinkan perkembangan karena berbagai alasan ekonomi, sosial, psikologis, yang belum dapat dicapai atau digunakan sepenunya oleh manusia. Konsep yang sistematis dalam definisi teknologi yang diusulkan oleh Everett Rogers. Rogers mengatakan bahwa teknologi adalah desain untuk tindakan instrumental yang mengurangi ketidakpastian dalam hubungan sebab akibat yang dilibatkan dalam mencapai hasil yang diinginkan. Selanjutnya dia menyatakan bahwa teknologi bisanya memiliki dua komponen ; aspek perangkat keras, yang terdiri atas peralatan dan aspek perangkat lunak yang terdiri dari informasi.
Konsep sistematis bersfat implicit dalam definisi tahun 1994 tidak lagi menekankan pengertian sistematis sebagai proses linier yakni totalitas pendekatan teknologi. Jaadi jelaslah bahwa sebagian kondisi itu mencakup kemampuan dan kulitas pebelajar secara individu, termasuk kemampuan visual, mendengarkan , berbicara, memahami tulisan dan kemampuan yang lain. Kondisi yang lebih luas adalah kondisi yang didasarkan pada media yang mengacu pada jenis penyajian yang dibuat untuk pebelajar dan pada penjadwalan, pengurutan, dan pengorganisasiannya ( Gagne,1990:3 )
Struktur definisi tahun 1994 mengetengahkan tradisi yang sudah mapan dan mengangkat kecendrugan bidang studi. Definisi 1994 memberikan keberagaman dan kekhususan selain memadukan komponen tradisional dan domain – domain dalam bidang itu. Definisi yang telah direvisi ialah teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, penggunaan, pengelolaan dan pengevaluasian dari suatu proses dan sumber untuk belajar.
F. Komponen- Komponen Definisi
Menurut definisi 1994, teknologi pembelajaran ialah :
  • Teori dan praktek
  • Perancangan, pengembangan, penggunaan, pengelolaan, dan pengevaluasian
  • Dar suatu proses dan sumber – sumber
  • Untuk belajar
1. Teori Dan Praktek
Sebuah profesi haruslah memiliki dasar pengetahuan yang mendukung praktek profesi itu. Teori tersusun atas konsep, konstruk, prinsip, proposisi yang memberikan kontribusi pada khasanah pengetahuan. Praktek ialah penerapan pengetahuan itu memecahkan masalah. Praktek bisa juga memberikan kontribusi pada dasar pengetahuan melalui informasi yang diperoleh dari pengalaman. Baik teori maupun praktek dalam teknologi pembelajaran memanfaatkan model – model secara luas. Model procedural yang mendiskripsikan bagaimana melakukan tugas, membantu menghubungkan teori dan praktek. Teori juga menghasilkan model yang memvisualisasikan hubungan.
2. Perancangan, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan, Dan Penilaian
Kelima istilah itu merupakan domain dasar teknologi pembelajaran. Masing – masing dari kelima fungsi itu cukup unik atau spesifik dan dapat pula berkembang menjadi wilayah studi yang terpisah. Domain perancangan memberikan kontribusi teoritis dalam teknologi pembelajaran pada bidang studi pendidikan secara lebih luas.
3. Proses Dan Sumber
Proses dan sumber ini mengandung dua elemen yaitu konsep dan produk. Proses ialah serangkaian pelaksanaan atau kegiatan yang diarahkan pada hasil tertentu. Dalam teknologi pembelajaran, terdapat proses perancangan dan proses penyampaian. Proses mengimplikasikan adannya urutan yang melibatkan input, tindakan, dan output. Penelitian tentang srategi pembelajaran yang lebih mutahir dan hubungan dengan tipe-tipe belajar dan media merupakan contoh penelitian proses. Contoh proses adalah sistem pentampaian seperti telekonferensi, jenis pembelajaran seperti belajar mandiri, model- model pengajaran misalnya rancangan sistyem pembelajaran. Sumber adalah sumber pendukung untuk belajar termasuk sityem pendukung dan materi dan lingkungan pembelajaran.
4. Untuk Belajar
Tujuan teknologi pembelajaran adalah untuk mempengaruhi dan memberikan dampak belajar, frase untuk dipilih untuk menekankan hasil belajar dan utuk memperjelas bahwa belajar merupakan tujuan dan bahwa pembelajaran merupakan sarana untuk belajar. Dalam definisi, belajar mengacu pada perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan dan perilaku seorang karena pengalaman. ( Mayer, 1982:1040)
5. Evolusi Dan Definisi
Definisi 1994 berevolusi dari definisi-definisi teknologi pendidikan yang lebih dahulu. Teknologi pembelajaran pertama kalinya dilihat sebagai teknologi peralatan. Teknologi pembelajaran itu mengacu pada pemakaian peralatan media dan perangkat keras untuk tujuan pendidikan. Oleh karena itu, istilah yang digunakan sinonim dengan frase penegajaran engan bantuan audi visual. ( Rountree,1979)
Bidang teknologi pendidikan merupakan hasil berkembangnya tiga hal : media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran, dan pendekatan pendidiakan yang sistematis. ( seel, 1989)
Jim Finn Edgar Dale, Finn mendapatkan pengakuan dengan karyanya dalam pengembangan dalam bidang komunikasi audiovisual menjadi teknologi pembelajaran. ( AECT, l977). Finn menyatakan bahwa agar komunikasi audio visual menjadi profesi bidang studi ini harus mengembangkan teori, penelitian, dan tekniknya sendiri. Dia selanjutnya mengemukakan bahwa teknologi pembelajaran merupakan proses intelektual yang harus didasarkan pada penelitian. Konsep Finn mengenai sistyem yang terintregasi dan proses yng dipadukan dan dikembangkan berdasarkan gagasan Dale tentang keterkaiatan materi dan proses





















BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Apabila seseorang membandingkan definisi-definisi y ang baru disampaikan, menjadi jelas bahwa beberapa konsep muncul dalam banyak definisi meskipun kontek damn makna konsep itu dapatbervariasi. Kata seperti sistematif, sumber, proses, sering dipakai. Kata-kata yang menjdi pelatuk domain dalam definisi tahun 1944 juga terjadi dalam definisi terdahulu. Termasuk perancangan, pengembangan, pemakaian, organisasi, atau pengelolaan, dan penilaian. Di sisi lain, kat-kata yang digunakan dalam definisi terdahulu juga dihilangkan dalam definisi yang lebih kemudian, seperti control, fasilitas, prosedur, manusia / mesin, dan sarana. Setiap definisi membuat pernyatan tentang tujuan yang terkait dengan tujuan akhir, sarana, belajar, dan pemecahan masalah. Namun apabila kita melihat pada definisi itu secara kronologis, cukup menarik bahwa definisi 1953 dan tahun 1971 dari pada definisi yang lebih kemudian. Hal ini disebabkan bahwa pernyataan tujuan dalam keduannya diharapkan dapat berpengaruh pada proses belajar. Disamping itu juga disebabkan bahwa definisi 1953 didasrkan pada teori dan praktek bukannya pada fungsi yang ditekankan dan definisi yang lebih kemudian.

Number Head Together



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan adalah proses untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui proses yang  panjang dan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan terjadi melalui interaksi manusia tanpa batasan ruang dan waktu. Pendidikan tidak dimulai dan diakhiri di sekolah. Pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga dilanjutkan dan ditempatkan dalam lingkungan sekolah, diperkaya dalam lingkungan masyarakat dan hasilnya digunakan dalam membangun kehidupan pribadi, agama, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan memerlukan seorang pengajar atau pendidik dalam proses belajar mengajar, maka guru memiliki peranan penting dalam memberikan materi kepada anak didiknya agar terjadi peningkatan kualitas pembelajaran oleh murid
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pengajar atau guru yaitu bagaimana caranya agar tujuan pembelajaran dapat dicapai semaksimal mungkin. Namun, hasil belajar murid sebagai tolak ukur keberhasilan di dunia pendidikan masih menunjukkan tidak adanya peningkatan yang signifikan.

B.     Ruang Lingkup Makalah

Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah gambaran Model Pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT)

C.    Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran Model Pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT)




BAB II
PEMBAHASAN

A.       Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
1.         Pengertian model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Sebagai seorang yang profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan   persediaan strategi pembelajaran. Tidak semua strategi yang diketahui harus dan bisa diterapkan dalam kenyataan sehari-hari di ruang kelas.
Guru yang ingin maju dan berkembang perlu mempunyai persediaan strategi dan tekhnik-tekhnik pembelajaran yang pasti akan selalu bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Salah satu tekhnik belajar mengajar gotong royong adalah tipe Numbered Head Together (NHT)  yaitu suatu pendekatan untuk melibatkan lebih banyak murid dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. “Tekhnik ini memberikan kesempatan kepada murid untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, selain itu juga mendorong murid untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.” (Ibrahim, dkk: 2000).
Numbered Head Together (NHT) adalah Merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi murid dan sebagai alternative terhadap struktur kelas tradisional. “Numbered Head Together(NHT) adalah suatu pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak murid dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut” Spencer Kagen (dalam Trianto2007: 32).
2.         Tujuan Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
a)      Hasil belajar akademik stuktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja murid dalam tugas-tugas akademik.
b)      Pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar murid dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang berbeda.
c)      Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial murid.
3.         Fungsi/manfaat  pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap murid yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh  Lundgren (dalam Ibrahim 2000: 18), antara lain adalah :
a)     Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b)    Memperbaiki kehadiran
c)     Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d)    Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e)     Konflik antara pribadi berkurang
f)     Pemahaman yang lebih mendalam
g)    Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h)   Hasil belajar lebih tinggi

4.         Kelebihan Pembelajaran  Numbered Head Together (NHT)
Kelebihan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) bagi murid adalah interaksi sosialnya dapat terjalin secara sehat, dapat berdiskusi, bermusyawarah, dan bertukar pikiran agar saling mengisi dalam menyelesaikan permasalahan. Kelebihan- kelebihannya menurut adalah sebagai berikut :
1)      Anak-anak berkesempatan bertanggung jawab sesuai dengan kemampuannya.
2)      Dengan leluasa anak-anak mengembangkan kemampuan memimpin dan dipimpin.
3)      Kelompok adalah teman terbaik untuk diskusi, musyawarah, bekerja sama, dan tukar pikiran. 
5.         Prosedur / fase model pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks Numbered Head together (NHT) sebagai berikut:
 Langkah-1:  Penomoran. Guru membagi murid ke dalam kelompok beranggota 4-5  orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
Langkah-2:   Mengajukan Pertanyaan. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada murid. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
Langkah-3:   Berpikir Bersama. Murid menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Langkah-4:   Menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian murid yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas
B.     Belajar
1.      Pengertian belajar
Belajar adalah suatu proses aktivitas mental dan fisik yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan itu sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti pengetahuan, perubahan sikap, tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu yang belajar.
Belajar merupakan suatu proses, proses itu dapat dilihat dalam berbagai bentuk aktivitas manusia yang tidak dibatasi oleh ruang waktu dan tempat. Jadi belajar dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Sahabuddin (dalam Haling 2007:2)  memberikan pengertian belajar seperti berikut:
   Belajar ialah sebagai suatu proses kegiatan yang menimbulkan kelakuan baru atau merubah kelakuan lama sehingga seseorang lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi yang dihadapi dalam hidupnya.

Selanjutnya dikemukakan oleh Slameto (dalam Haling 2007:1)

   Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

       Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
2.      Fungsi dan tujuan Belajar
Tujuan adalah batas cita-cita yang di inginkan dalam suatu usaha, tujuan dapat  pula di artikan sebagai suatu yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan. Jadi tujuan belajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar. 
            Pada dasarnya belajar pada diri manusia, merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan mempunyai sasaran dan tujuan. Sardiman (dalam Haling: 2007: 3) mengemukakan bahwa pada dasarnya ada tiga jenis tujuan belajar:
1).Untuk mendapatkan pengetahuan, yaitu suatu cara untuk mengembangkan  kemampuan berpikir bagi anak untuk memperoleh pengetahuan dan kemampuan berpikir.
      2). Untuk penanaman konsep dan keterampilan, yaitu suatu cara belajar menghadapi dan menangani objek-objek secara fisik dan psikis.
3). Untuk pembentukan sikap, yaitu suatu kegiatan untuk menumbuhkan sikap mental, prilaku dan pribadi anak.
C.       Hasil Belajar
Arti kata hasil dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang telah dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan sebelumnya. Hasil dari pembelajaran disebut hasil belajar. Jadi hasil belajar yang dicapai oleh murid setelah melakukan kegiatan belajar mengajar dimana hasil tersebut merupakan gambaran penguasaan pengetahuan dan keterampilan dari peserta didik yang berwujud angka dari tes standar yang digunakan sebagai pengukur keberhasilan. “Angka atau skor sebagai hasil pengukuran mempunyai makna jika dibandingkan dengan patokan sebagai batas yang menyatakan bahwa murid telah menguasai secara tuntas materi pelajaran tersebut” (Haling, 2007: 15).
            Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai murid dalam usaha belajarnya. “Hasil belajar adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang setelah melalui proses belajar, juga merupakan kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. (Sudjana, 2005: 25).
            Hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh murid setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar dan derajat perubahan tingkah laku murid.
Dari beberapa pengertian hasil yang dikemukakan, jelas terlihat bahwa hasil tidak lain suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan kegiatan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.
            Selanjutnya belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari aktivitas belajar tadi menyebabkan perubahan dari diri individu. Dengan demikian, belajar dapat dikatakan berhasil bila terjadi perubahan dalam diri individu. Sejalan dengan hal tersebut, Sardiman (2006: 23) mengemukakan suatu rumusan masalah bahwa: “ belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa dan raga menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang menyangkut unsur cipta, rasa, ranah kognitif, ranah efektif dan ranah psikomotorik".
            Sebagai hasil dari aktivitas belajar ini akan dilihat sebagai perubahan tingkah laku hasil dari pengalaman, perubahan yang terjadi dalam diri individu sebagai hasil dari penggalaman, itu sebenarnya usaha dari individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Interaksi yang dimaksud adalah interaksi yang memungkinkan terjadinya proses intraksi belajar mengajar.








BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen  dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a)      Pembentukan kelompok;
b)      Diskusi masalah;
c)      Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh  Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
  1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
  2. Memperbaiki kehadiran
  3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
  4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
  5. Konflik antara pribadi berkurang
  6. Pemahaman yang lebih mendalam
  7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
  8. Hasil belajar lebih tinggi