BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan
adalah proses untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia melalui proses
yang panjang dan berlangsung sepanjang
hayat. Pendidikan terjadi melalui interaksi manusia tanpa batasan ruang dan
waktu. Pendidikan tidak dimulai dan diakhiri di sekolah. Pendidikan dimulai
dari lingkungan keluarga dilanjutkan dan ditempatkan dalam lingkungan sekolah,
diperkaya dalam lingkungan masyarakat dan hasilnya digunakan dalam membangun
kehidupan pribadi, agama, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan
memerlukan seorang pengajar atau pendidik dalam proses belajar mengajar, maka
guru memiliki peranan penting dalam memberikan materi kepada anak didiknya agar
terjadi peningkatan kualitas pembelajaran oleh murid
Salah
satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang tenaga pengajar atau guru yaitu
bagaimana caranya agar tujuan pembelajaran dapat dicapai semaksimal mungkin.
Namun, hasil belajar murid sebagai tolak ukur keberhasilan di dunia pendidikan
masih menunjukkan tidak adanya peningkatan yang signifikan.
B. Ruang Lingkup Makalah
Ruang
lingkup penulisan makalah ini adalah gambaran Model Pembelajaran yaitu dengan
menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT)
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran Model Pembelajaran yaitu
dengan menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT)
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pembelajaran
Numbered Head Together (NHT)
1.
Pengertian
model pembelajaran Numbered Head Together
(NHT)
Sebagai seorang yang
profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan persediaan strategi pembelajaran. Tidak
semua strategi yang diketahui harus dan bisa diterapkan dalam kenyataan
sehari-hari di ruang kelas.
Guru yang ingin maju dan
berkembang perlu mempunyai persediaan strategi dan tekhnik-tekhnik pembelajaran
yang pasti akan selalu bermanfaat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Salah satu tekhnik belajar mengajar gotong royong adalah tipe Numbered Head Together (NHT) yaitu suatu pendekatan untuk melibatkan lebih
banyak murid dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. “Tekhnik ini
memberikan kesempatan kepada murid untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, selain itu juga mendorong murid
untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.” (Ibrahim, dkk: 2000).
Numbered Head Together (NHT) adalah Merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi murid dan sebagai alternative
terhadap struktur kelas tradisional. “Numbered
Head Together(NHT) adalah suatu pendekatan yang dikembangkan untuk
melibatkan lebih banyak murid dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu
pembelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut” Spencer
Kagen (dalam Trianto2007: 32).
2.
Tujuan Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
Ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
a) Hasil belajar akademik stuktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja murid dalam tugas-tugas akademik.
b) Pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar murid dapat menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai latar belakang berbeda.
c) Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial murid.
3.
Fungsi/manfaat
pembelajaran Numbered Head
Together (NHT)
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap murid yang hasil belajar rendah yang dikemukakan
oleh Lundgren (dalam
Ibrahim 2000: 18), antara lain adalah :
a)
Rasa
harga diri menjadi lebih tinggi
b)
Memperbaiki
kehadiran
c)
Penerimaan
terhadap individu menjadi lebih besar
d)
Perilaku
mengganggu menjadi lebih kecil
e)
Konflik
antara pribadi berkurang
f)
Pemahaman
yang lebih mendalam
g)
Meningkatkan
kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h)
Hasil
belajar lebih tinggi
4.
Kelebihan Pembelajaran
Numbered Head Together (NHT)
Kelebihan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) bagi murid
adalah interaksi sosialnya dapat terjalin secara sehat, dapat berdiskusi,
bermusyawarah, dan bertukar pikiran agar saling mengisi dalam menyelesaikan
permasalahan. Kelebihan- kelebihannya menurut adalah sebagai berikut :
1) Anak-anak
berkesempatan bertanggung jawab sesuai dengan kemampuannya.
2)
Dengan leluasa anak-anak mengembangkan
kemampuan memimpin dan dipimpin.
3)
Kelompok adalah teman terbaik untuk diskusi,
musyawarah, bekerja sama, dan tukar pikiran.
5.
Prosedur
/ fase model pembelajaran Numbered Head
Together (NHT)
Dalam
mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat
fase sebagai sintaks Numbered Head
together (NHT) sebagai berikut:
Langkah-1:
Penomoran. Guru membagi murid ke dalam kelompok beranggota 4-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok
diberi nomor antara 1 sampai 5.
Langkah-2: Mengajukan Pertanyaan. Guru mengajukan
sebuah pertanyaan kepada murid. Pertanyaan
dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat
tanya.
Langkah-3: Berpikir
Bersama. Murid menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan
itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu.
Langkah-4: Menjawab.
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian murid yang nomornya sesuai
mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh
kelas
B. Belajar
1.
Pengertian belajar
Belajar
adalah suatu proses aktivitas mental dan fisik yang ditandai adanya perubahan
pada diri seseorang, perubahan itu sebagai hasil dari proses belajar dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti pengetahuan, perubahan sikap, tingkah
laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek lain yang ada
pada setiap individu yang belajar.
Belajar
merupakan suatu proses, proses itu dapat dilihat dalam berbagai bentuk
aktivitas manusia yang tidak dibatasi oleh ruang waktu dan tempat. Jadi belajar dapat dilakukan kapan dan di mana saja.
Sahabuddin (dalam Haling 2007:2)
memberikan pengertian belajar seperti berikut:
Belajar ialah sebagai suatu proses kegiatan
yang menimbulkan kelakuan baru atau merubah kelakuan lama sehingga seseorang
lebih mampu memecahkan masalah dan menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi
yang dihadapi dalam hidupnya.
Selanjutnya dikemukakan oleh Slameto (dalam Haling 2007:1)
Belajar ialah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari
definisi-definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh
seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan
pengetahuan atau kemahiran berdasarkan alat indera dan pengalamannya. Oleh
sebab itu apabila setelah belajar peserta didik tidak ada perubahan tingkah
laku yang positif dalam arti tidak memiliki kecakapan baru serta wawasan pengetahuannya
tidak bertambah maka dapat dikatakan bahwa belajarnya belum sempurna.
2. Fungsi dan
tujuan Belajar
Tujuan
adalah batas cita-cita yang di inginkan
dalam suatu usaha, tujuan dapat pula di
artikan sebagai suatu yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan. Jadi tujuan
belajar dapat diartikan sebagai sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan
belajar.
Pada dasarnya belajar pada diri
manusia, merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan mempunyai
sasaran dan tujuan. Sardiman (dalam Haling: 2007: 3) mengemukakan bahwa pada
dasarnya ada tiga jenis tujuan belajar:
1).Untuk
mendapatkan pengetahuan, yaitu suatu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi anak untuk memperoleh
pengetahuan dan kemampuan berpikir.
2).
Untuk penanaman konsep dan keterampilan, yaitu suatu cara belajar menghadapi
dan menangani objek-objek secara fisik dan psikis.
3). Untuk pembentukan sikap, yaitu suatu
kegiatan untuk menumbuhkan sikap mental, prilaku dan pribadi anak.
C. Hasil
Belajar
Arti kata hasil dalam kamus besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang telah
dicapai dari yang telah dilakukan atau dikerjakan
sebelumnya. Hasil dari pembelajaran disebut hasil belajar. Jadi hasil belajar
yang dicapai oleh murid setelah melakukan kegiatan belajar mengajar dimana
hasil tersebut merupakan gambaran penguasaan pengetahuan dan keterampilan dari
peserta didik yang berwujud angka dari tes standar yang digunakan sebagai
pengukur keberhasilan. “Angka atau skor sebagai hasil pengukuran mempunyai
makna jika dibandingkan dengan patokan sebagai batas yang menyatakan bahwa
murid telah menguasai secara tuntas materi pelajaran tersebut” (Haling, 2007:
15).
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai murid dalam usaha belajarnya. “Hasil belajar adalah istilah
yang digunakan untuk menyatakan tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang
setelah melalui proses belajar, juga merupakan kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. (Sudjana,
2005:
25).
Hasil
belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan
informasi), pengolahan penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat
hasil belajar yang dicapai oleh murid setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk pada prestasi
belajar dan derajat perubahan tingkah laku murid.
Dari beberapa pengertian hasil yang dikemukakan, jelas terlihat bahwa hasil tidak
lain suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati
yang diperoleh dengan kegiatan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang
kegiatan tertentu.
Selanjutnya
belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari
aktivitas belajar tadi menyebabkan perubahan dari diri individu. Dengan
demikian, belajar dapat dikatakan berhasil bila terjadi perubahan dalam diri
individu. Sejalan dengan hal tersebut, Sardiman (2006: 23) mengemukakan suatu
rumusan masalah bahwa: “ belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa dan raga menuju
perkembangan pribadi manusia seutuhnya yang menyangkut unsur cipta, rasa, ranah
kognitif, ranah efektif dan ranah psikomotorik".
Sebagai hasil dari aktivitas belajar ini akan dilihat sebagai
perubahan tingkah laku hasil dari pengalaman, perubahan yang terjadi dalam diri
individu sebagai hasil dari penggalaman, itu sebenarnya usaha dari individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Interaksi yang dimaksud adalah
interaksi yang memungkinkan terjadinya proses intraksi belajar mengajar.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
NHT
Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang
telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah
Pembelajaran kooperatif tipe NHT
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh
Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan
yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja
siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima
teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara
lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan
pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000:
29), dengan tiga langkah yaitu :
a)
Pembentukan kelompok;
b)
Diskusi masalah;
c)
Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian
dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan
rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja
Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok
disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para
siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru
memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar
belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu,
dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar
dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap
kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa
dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru
membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam
kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan
bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS
atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi,
dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu
nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat
tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan
jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang
disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model
pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang
dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
- Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
- Memperbaiki kehadiran
- Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
- Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
- Konflik antara pribadi berkurang
- Pemahaman yang lebih mendalam
- Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
- Hasil belajar lebih tinggi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar